Langsung ke konten utama

NYEKAR DI MAKAM SIMBAH


Pagi ini sehabis subuh. Aku dan kakak sepupuku sepakat untuk berangkat ke Nganjuk. Kami ingin nyekar/ berziarah ke Makam simbah. Harusnya kemarin aku pulang, tetapi tidak jadi. Maka, pagi inilah rencanaku berhasil kuubah menjadi kenyataan. 

Makam desa ini tanahnya becek sepertinya sisa hujan kemarin. Banyak daun-daun trembesi yang gugur mengotori permukaan tanah makam. Petugas makam mungkin lupa membersihkan atau memang sengaja dibiarkan agar anak cucu Sohibul makam lebih peduli dan punya inisiatif untuk menyapu dan memungut dedaunan itu. 

Hari ini, sehari menjelang Ramadan. Banyak orang membawa tas kresek berisi bunga tabur. Rasanya memang tidak lengkap jika sowan dengan tangan kosong. Orang-orang sibuk berdoa, melanjutkan harapan-harapan baik untuk sanak keluarga yang sudah lebih dulu "pulang" ke kampung asal. Alam ruh, barzah. 

Simbahku telah lama berpulang. Mungkin "di sana" beliau juga sedang bersiap menyambut datangnya ramadan. Bulan dilipatgandakannya segala kebaikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

NEGERI HALIMUN

Sumber gambar: pixabay.com Kawanan Zebra berlari di jalanan. Ada pula Gajah, Badak, Serigala, yang memenuhi jalan. Ia    mengucek matanya. Seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat. Di dalam rumah-rumah pun sama. “Ini tidak benar, ini hanya mimpi.” Ia mencubit lengan kemudian menampar pipinya. Terasa sakit. Kenapa semuanya tiba-tiba berubah dalam sekejap? apa yang terjadi sebenarnya? Berbagai pertanyaa n berjejal memenuhi otak dan menuntut jawaban. Tanah yang ia pijak masih normal , tidak berubah menjadi lahar atau padang pasir. Rumah-rumah pun masih tampak seperti biasa. Tidak ada yang berubah. Tapi ke mana mereka? Ke mana semuanya? Ada apa dengan kota ini. Atau pertanyaannya, apa yang terjadi dengan diriku?

Simbok di Pasar

ilustrasi: google Pagi menjelang. Embun masih enggan mengering dari dedaunan. Matahari masih belum menampakkan sinarnya. Seorang Ibu yang sudah sepuh menggendong rinjing (keranjang bambu) memasuki pasar untuk menggelar dagangannya. Disertai doa dan harapan agar banyak yg membeli barang dagangannya hari ini. Dari raut wajahnya, menunjukkan ketegaran hati, rasa optimisme dan semangat juang yg gigih dalam mencari nafkah. Dagangannya berupa sayur-sayuran. Ada jagung, sawi, kangkung, tomat, dan cabe juga pisang kepok. Ia gelar tikar. Satu persatu sayur mayur ia keluarkan dari rinjing. Ia tata rapi di atas tikar. Saya pun berjalan mendekati beliau. "Mbok, pisang kepok'e setunggal cengkeh pintenan?" Tanya saya seraya memilih pisang kepok. "Sepuluh ewu nak," jawab Simbok. Sembari memilih, saya ajak beliau ngobrol. "Rumahnya mana mbok?" "Saya aslinya Babat Lamongan." "Wis suwe mbok jualan dipasar sini?" "O...