Langsung ke konten utama

Ada Kucing Melahirkan di Kamarku


Anak kucing yang imut dan lucu
Waktu menunjukkan pukul 01.30 dini hari ketika aku beranjak dari warung yang telah kututup. Aku berjalan ke belakang menuju kamar mandi di rumah kontrakan yang berjarak 30 m dari warung untuk buang air kecil, menggosok gigi dan mencuci muka seperti kebiasaanku setiap hari menjelang tidur.

"air di kamar mandi kok sampai meluap begini sih?. ah mungkin ibu tadi lupa menutup kran" .
Pertanyaan yang langsung kujawab sendiri. Walaupun sedikit jengkel memang kalau melihat air yang terbuang percuma. Padahal mungkin di belahan daerah lain sedang dilanda kekeringan akibat mulai habisnya sumber air di bawah tanah.



Aku lalu mengambil sikat gigi dan odol. Rasanya mulut dan gigiku tak enak sekali. Nafas bau naga, gigi juga sudah tak sabar ingin dibersihkan yang sedari pagi memang belum disikat. Untuk gosok gigi kali ini aku perpanjang waktunya dan 2 kali aku lakukan untuk mengganti jatah gosok gigiku tadi pagi yang urung aku kerjakan. Selepas dari kamar mandi aku berjalan menuju kamar kost ku yang berada tak jauh dari rumah kontrakan ibu dan adikku.

Memang, aku tinggal terpisah dari mereka. Di kamar ini aku tinggal sendiri. Ada 4 kamar termasuk yang aku tempati. Deretan nomor 3 adalah kamarku. tak luas memang, hanya sebuah kamar kost yang mungil. Dengan ukuran 3x4 m. Tapi cukup nyaman sebagai tempat istirahat. Walaupun terkadang sedikit terganggu jika tetangga sebelah sedang memarahi anaknya. Tetanggaku sebelah ini termasuk tipe orang cerewet yang hampir setiap hari marah2 terus pada anaknya.
Aku terkadang sampai kasihan pada gadis kecil yang ayu ini. Menurutku wajar lah kalau anak usia SD sedikit bandel dan serba ingin tahu. Orang tuanya lah yang harus aktif mencari kelebihan dan kekurangan anaknya.

Sepi dan hening dengan angin sepoi menemani langkahku menuju kamar. Pintu kubuka. Kasur lantai warna biru dengan motif bunga yang aku sandarkan dinding ku rebahkan. "Astaga " alangkah kagetnya aku ketika melihat kucing berwarna kuning dan putih itu berada di samping kasur. Langsung saja kuambil sapu di belakang pintu untuk mengusirnya. Dengan sedikit emosi kupukul-pukul kan sapu ke badan si kucing. " loh kok diem aja nih kucing" pikirku?!.
Aku kaget untuk yang kedua kalinya. Tahukah kalian apa yang terjadi?. Si kucing ternyata baru saja melahirkan 3 ekor bayi kucing.
"pantesan diusir pakai sapu kok diem aja".
Melihat induk kucing yang terlihat kesakitan dan kelelahan sehabis melahirkan jadi enggak tega buat ngusir nih kucing. Aku jadi berfikir, kok bisa- bisanya si kucing "memilih" kamarku sebagai ruang persalinan. Aku jadi teringat kitab primbon jawa yang pernah kubaca dahulu. Kitab primbon betaljemur adamakna milik pamanku yang membahas pertanda-pertanda atau firasat-firasat.

Bukankah di hamparan padang semesta ini penuh dengan simbol-simbol atau firasat-firasat tertentu yang diciptakan oleh Tuhan agar manusia mau berfikir?.
Di buku tersebut tertulis bahwa jika ada kucing melahirkan di dalam rumah, maka penghuni rumah tersebut akan memperoleh keberuntungan. Kalau aku tinggal percaya saja. Karena aku yakin orang- tua jaman dahulu pastinya tidak sembarangan dalam mengarang buku atau kitab khususnya primbon. Ada metode-metode tertentu yang tak kita ketahui. Sesuatu yang tak kita ketahui bukan berarti hal itu tidak ada kan?!.

Ya apa boleh buat malam ini aku akan tidur ditemani 4 ekor kucing. Sebuah pengalaman yang mengagetkan dan semoga membawa berkah.

Komentar

  1. Masih enak bro di samping kasur... Lah saya di dalem lemari... -_-

    www.gorigotri.blogspot.com

    BalasHapus
  2. Itu mah masih mending brow

    Lah gua di dagangan gua
    Yah mudah2 kita dapet barokah nya

    BalasHapus
  3. Kucing gua malah lahiran disamping gua waktu gua tidur

    BalasHapus
  4. Kalo kucing gw ngelahirin di lantai 2 rumah gw, sebelum ngelahirin dia manggil gw d lantai 1 pas gw lagi nonton...trus dia ngajak gw k lantai 2 , gw turun dia manggil lagi k bawah, gw naek lagi... nah pas itu dia ngelahirin maunya gw tonton... Ari-arinya di tinggalin... dah 2 kali kejadian kyk gni... moga2 itu tanda terima kasih dari dia buat gw yg dah iklas ngurus dia... gw cuma berharap kucing gw doain kebaikan buat gw yg mgkin banyak dosa ..... Amiiiin

    BalasHapus
  5. wow smoga ya Allah barusan ada kucing yng nglahirin dikkamar w . dan udah 2 x ini kamar w jd tempat persalinan kucing liar

    BalasHapus
  6. aneh lagi udah tiga kali almari bajuku di buat tempat kucing untuk melahirkan.itu sama mua tempatnya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

NYEKAR DI MAKAM SIMBAH

Pagi ini sehabis subuh. Aku dan kakak sepupuku sepakat untuk berangkat ke Nganjuk. Kami ingin nyekar/ berziarah ke Makam simbah. Harusnya kemarin aku pulang, tetapi tidak jadi. Maka, pagi inilah rencanaku berhasil kuubah menjadi kenyataan.  Makam desa ini tanahnya becek sepertinya sisa hujan kemarin. Banyak daun-daun trembesi yang gugur mengotori permukaan tanah makam. Petugas makam mungkin lupa membersihkan atau memang sengaja dibiarkan agar anak cucu Sohibul makam lebih peduli dan punya inisiatif untuk menyapu dan memungut dedaunan itu.  Hari ini, sehari menjelang Ramadan. Banyak orang membawa tas kresek berisi bunga tabur. Rasanya memang tidak lengkap jika sowan dengan tangan kosong. Orang-orang sibuk berdoa, melanjutkan harapan-harapan baik untuk sanak keluarga yang sudah lebih dulu "pulang" ke kampung asal. Alam ruh, barzah.  Simbahku telah lama berpulang. Mungkin "di sana" beliau juga sedang bersiap menyambut datangnya ramadan. Bulan dilipatgandakannya segala ...

NEGERI HALIMUN

Sumber gambar: pixabay.com Kawanan Zebra berlari di jalanan. Ada pula Gajah, Badak, Serigala, yang memenuhi jalan. Ia    mengucek matanya. Seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat. Di dalam rumah-rumah pun sama. “Ini tidak benar, ini hanya mimpi.” Ia mencubit lengan kemudian menampar pipinya. Terasa sakit. Kenapa semuanya tiba-tiba berubah dalam sekejap? apa yang terjadi sebenarnya? Berbagai pertanyaa n berjejal memenuhi otak dan menuntut jawaban. Tanah yang ia pijak masih normal , tidak berubah menjadi lahar atau padang pasir. Rumah-rumah pun masih tampak seperti biasa. Tidak ada yang berubah. Tapi ke mana mereka? Ke mana semuanya? Ada apa dengan kota ini. Atau pertanyaannya, apa yang terjadi dengan diriku?

PANDEMI PERGI, KAMI BERANGKAT

Hidup adalah perjalanan, maka sering-seringlah berjalan. Melangkahkan kaki, melihat dunia. Kemudian ukuran perjalanan, bukanlah seberapa jauh jarak yang kita tempuh. Melainkan seberapa banyak pelajaran dan hikmah yang kita dapat. Kemudian dengan itu, dapat merubah cara pandang kita menjadi lebih baik dan lebih luas. Melihat sawah di belakang rumah, berkunjung ke pasar, berziarah ke makam juga merupakan sebuah perjalanan. Tak perlu tergesa berpikir terlalu jauh untuk piknik ke luar negeri dan menjadi turis—meskipun ini juga menjadi cita-cita saya. Mulai saja dari yang dekat. Seratus meter, dua ratus meter dari rumah untuk mengenal keadaan sekitar, menggerakkan badan dan pikiran. Sebab, salah satu esensi sebuah perjalanan adalah bergerak, ‘membaca’ dan mengenal. Melihat dan mendengar. Kita belajar. Tholabul ilmi. Kita belajar dari mana saja. Dari apa yang kita lihat, dengar dan rasakan. Dan alam yang luas ini, salah satu guru terbaik. Alam takambang menjadi guru, kata salah satu pepatah...