Langsung ke konten utama

Nocturnal Human

Nocturnal. Sebutan untuk hewan yang aktif pada malam hari. Atau disebut hewan malam. Pada siang hari biasanya mereka 'bertapa' alias tidur untuk menikmati mimpi indah di negeri para hewan. Kebalikan dari Nocturnal adalah Diurnal. Ada juga Krepuskular, nah apa lagi ini? (istilah biologi memang rumit). Krepuskular adalah sebutan bagi hewan yang aktif saat senja dan saat fajar. Aneh ya?. Sama, saya juga baru tahu setelah googling dan baca di Wikipedia.



Sudah hampir lima tahun ini saya kurang akrab dengan yang namanya matahari terbit. Saya justru akrab dengan rembulan dan bintang-bintang (ciiee). Jam biologis saya terbalik. Saat pagi menjelang, saya justru bersiap untuk tidur. Orang-orang bilang bahwa saya pemalas. Sampai-sampai saya dijuluki 'si tukang tidur', aslinya kan nggak gitu. Saya berbeda dengan mereka, kan bukan berarti saya malas. Saya hanya aktif di malam hari, itu saja. Porsi tidur saya sama dengan mereka. Bahkan mungkin kurang. Terkadang saya hanya tidur empat jam. Dari jam enam pagi hingga jam sepuluh. Sedikit sekali kan?. Bahkan ketika saya ada acara di pagi hari, entah itu acara Komunitas atau acara lain, maka saya terpaksa nggak tidur. Bayangkan men!, waktu tidur saya yang berharga harus saya korbankan. Dan setelah acara selesai, sampai rumah saya langsung tepar. Tidur untuk balas dendam, dan biasanya sih nggak bisa nyenyak. Oh my God!.


Daaan jadilah saya manusia malam alias Nocturnal Human sampai sekarang. Aslinya sebutan ini saya karang sendiri, nggak tahu juga sebanarnya ada apa nggak sebutan kayak gini.


Nah satu lagi, ini rahasia. Sssttt, saya punya dua teman yang jam tidurnya juga kebalik kayak saya. Biasanya mereka ini yang menemani saya begadang sampai pagi. Untungnya kita masih bujangan, (yang satu sih sebenarnya udah duda) kalau nggak, pasti kita sudah diusir oleh the istri and mertua. Bisa-bisa jadi perang dunia keluarga.



sumber: halhalal.com
Nggak banyak memang orang-orang yang aktif pada malam hari. Ada sih beberapa orang yang memang kerjanya malam hari, jadi satpam misalnya, yang harus jaga malam hingga pagi hari. Ada juga karyawan pabrik yang harus lembur, berangkat sore pulang pagi. Tapi kan mereka-mereka ini nggak istiqomah setiap hari. Mungkin hanya seminggu terus ganti shift.

Tapi jangan salah, meskipun saya aktif di malam hari, bukan berarti saya terus berubah jadi kayak Vampire yang punya taring dan kerjanya menghisap darah, ya enggaklah. Saya juga nggak berteman dengan Tikus dan Kelelawar, no way men!. Kalau Kucing sih iya, saya suka Kucing soalnya. Pernah juga sekali saya pelihara hewan pengerat yaitu Landak mini atau Hedge hog dua ekor cewek semua. Saya kasih nama Tina dan Tini. Yang satu albino mata merah, yang satu enggak. Tapi sayang, baru empat bulan ternyata saya sudah bosan dan akhirnya saya lepas ke kali depan rumah. Kandangnya sekarang beralih fungsi jadi tempat buku. Ya sudahlah, semoga mereka ditemukan oleh orang yang baik hati dan tidak sombong hehe...


Sekarang saya akan memberi tahu kalian nggak enaknya menjadi Nocturnal Human. Kenapa? supaya kalian nggak mengikuti jejak saya. Sumpah men! nggak enak jadi manusia malam. Hanya orang-orang yang kuat menganggur dan kuat miskin saja yang bisa begitu. Untungnya dua teman saya yang tadi termasuk kuat ekonomi keluarganya. Ini semacam pengakuan dari saya untuk kalian para pembaca blog ini. Bayangkan sodara, saat orang normal bangun dan berangkat kerja, saya malah berangkat ke alam mimpi. Saat orang-orang gajian, dompet saya tetap menipis. Kasian-kasian!. Menjadi pengangguran itu butuh mental yang kuat bro!, kalau mental kalian nggak kuat, kalian bisa setengah gila. Sueerr! ini beneran. Berdasar survey yang saya lakukan (survey apaan?), rata-rata para Manusia Malam yang bujangan adalah pengangguran. Saya ulangi, pengangguran!. Makanya jangan coba-coba meniru adegan ini hehe...


Beruntunglah kalian yang menjadi manusia normal yang aktif pada pagi dan siang hari. Kalian bisa menikmati matahari terbit sepuasnya. Ritme waktu organ tubuh kalian juga sesuai dengan waktu yang seharusnya. Maka dari itu, akhir-akhir ini saya mikir. Sepertinya sudah saatnya saya berubah menjadi lebih baik dan 'normal' kembali. Saya juga ingin bisa menebar manfaat sebanyak-banyaknya. yaa minimal pola hidup saya berangsur membaik dan waktu yang tersisa ini tak sia-sia. Doakan saya ya kawan-kawan? (lebay nya kumat sodara).


Sudah dulu ya. Salam Nocturnal



Komentar

Postingan populer dari blog ini

NYEKAR DI MAKAM SIMBAH

Pagi ini sehabis subuh. Aku dan kakak sepupuku sepakat untuk berangkat ke Nganjuk. Kami ingin nyekar/ berziarah ke Makam simbah. Harusnya kemarin aku pulang, tetapi tidak jadi. Maka, pagi inilah rencanaku berhasil kuubah menjadi kenyataan.  Makam desa ini tanahnya becek sepertinya sisa hujan kemarin. Banyak daun-daun trembesi yang gugur mengotori permukaan tanah makam. Petugas makam mungkin lupa membersihkan atau memang sengaja dibiarkan agar anak cucu Sohibul makam lebih peduli dan punya inisiatif untuk menyapu dan memungut dedaunan itu.  Hari ini, sehari menjelang Ramadan. Banyak orang membawa tas kresek berisi bunga tabur. Rasanya memang tidak lengkap jika sowan dengan tangan kosong. Orang-orang sibuk berdoa, melanjutkan harapan-harapan baik untuk sanak keluarga yang sudah lebih dulu "pulang" ke kampung asal. Alam ruh, barzah.  Simbahku telah lama berpulang. Mungkin "di sana" beliau juga sedang bersiap menyambut datangnya ramadan. Bulan dilipatgandakannya segala ...

NEGERI HALIMUN

Sumber gambar: pixabay.com Kawanan Zebra berlari di jalanan. Ada pula Gajah, Badak, Serigala, yang memenuhi jalan. Ia    mengucek matanya. Seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat. Di dalam rumah-rumah pun sama. “Ini tidak benar, ini hanya mimpi.” Ia mencubit lengan kemudian menampar pipinya. Terasa sakit. Kenapa semuanya tiba-tiba berubah dalam sekejap? apa yang terjadi sebenarnya? Berbagai pertanyaa n berjejal memenuhi otak dan menuntut jawaban. Tanah yang ia pijak masih normal , tidak berubah menjadi lahar atau padang pasir. Rumah-rumah pun masih tampak seperti biasa. Tidak ada yang berubah. Tapi ke mana mereka? Ke mana semuanya? Ada apa dengan kota ini. Atau pertanyaannya, apa yang terjadi dengan diriku?

PANDEMI PERGI, KAMI BERANGKAT

Hidup adalah perjalanan, maka sering-seringlah berjalan. Melangkahkan kaki, melihat dunia. Kemudian ukuran perjalanan, bukanlah seberapa jauh jarak yang kita tempuh. Melainkan seberapa banyak pelajaran dan hikmah yang kita dapat. Kemudian dengan itu, dapat merubah cara pandang kita menjadi lebih baik dan lebih luas. Melihat sawah di belakang rumah, berkunjung ke pasar, berziarah ke makam juga merupakan sebuah perjalanan. Tak perlu tergesa berpikir terlalu jauh untuk piknik ke luar negeri dan menjadi turis—meskipun ini juga menjadi cita-cita saya. Mulai saja dari yang dekat. Seratus meter, dua ratus meter dari rumah untuk mengenal keadaan sekitar, menggerakkan badan dan pikiran. Sebab, salah satu esensi sebuah perjalanan adalah bergerak, ‘membaca’ dan mengenal. Melihat dan mendengar. Kita belajar. Tholabul ilmi. Kita belajar dari mana saja. Dari apa yang kita lihat, dengar dan rasakan. Dan alam yang luas ini, salah satu guru terbaik. Alam takambang menjadi guru, kata salah satu pepatah...